Surabaya,(18/8)
SMK KAL-1 Surabaya memiliki wajah baru, seluruh siswa kelas X, XI dan XII telah menggunakan seragam yang sama dengan celana abu-abu , baju putih ber impolet dan berbaret biru dalam sebuah upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-79 yang berlangsung dihalaman sekolah Sabtu, (17/8/24).
Upacara peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI tahun 2024 di awali dengan laporan komandan upacara Sandy Excel kelas XI TAV kepada Inspektur Upacara Kasatdik SMK KAL-1 Munawar, S.Pd., M.Pd di lanjutkan penaikan bendera oleh siswa paskibra “PASKAL-1”, pembacaan Teks Pancasila oleh Irup dan pembacaan Pembukaan UUD 1945 oleh Athar Raihan Syabana kelas X TITL.
Kemendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kasatdik SMK KAL-1 selalu Irup mengharapkan bahwa Kemerdekaan Indonesia adalah buah dari gerakan menuju satu cita-cita bersama. Begitu pun dengan cita-cita untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan, harus kita perjuangkan bersama-sama dengan semangat gotong royong.
Dalam lima tahun terakhir ini, kita semua telah berjuang dalam gerakan Merdeka Belajar. Saya katakan ini sebuah perjuangan, karena memang jalan yang kita tempuh tidaklah mudah. Kita melakukan perubahan besar dalam banyak hal, mulai dari sistem, cara kerja, sampai pola pikir. Berbagai tantangan dan kesulitan kita hadapi bersama, dan buah manis dari perjuangan itu juga kita rasakan bersama sekarang.
Para pelajar kini mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan potensinya dengan Kurikulum Merdeka yang mulai tahun ini diimplementasikan sebagai kurikulum nasional.
Seusai pelaksanaan upacara peringatan HUT Ke- 79 Kemerdekaan RI, Inspektur upacara secara simbolik meresmikan penggunaan seragam sekolah (baju putih dan celana abu-abu) dengan memasang Impolet dan penyematan baret kepada perwakilan siswa kelas X, dimana siswa kelas X saat ini berjumlah 205 siswa.
Kemudian di teruskan pemilihan 3 guru yang menggunakan pakaian adat nasional terbaik dan jatuh kepada Martono, Slamet Riyadi, S.Pd, Tri Diyah Hari, S.Pd secara spontan menerima apresiasi dari Kasatdik sebagai kejutan karena tidak ada informasi sebelumnya kalau ada pemilihan pemakaian adat terbaik (yht/dar).